MAKHLUK RELIGI

IMPLIKASI HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RELIGI
TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Bahrur Rosyidi Duraisy

1

 

 

PENDAHULUAN

Hakekat manusia sebagai makhluk Religi.
Manusia adalah makhluk yang religius, dalam arti mereka percaya dan/atau menyembah Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa dimuka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Melalui kesempurnaannya manusia itu bisa berpikir, bertindak, berusaha dan bisa menentukan mana yang benar dan mana yang baik. Disisi lain manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta alam semesta oleh sebab itu sudah menjadi kodratnya atau fitrohnya jika manusia mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna, dan kesempurnaan tersebut ada pada Tuhan. Hal ini merupakan kodrat/fitroh manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah pada Tuhannya. Untuk beribadah pada Tuhan diperlukan suatu ilmu, ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui pendidikan tersebut manusia sebagai makhluk religi dapat menerapkan kedalam kehidupannya.

PEMBAHASAN

Implikasi manusia makhluk religi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem, Sebagai suatu sistem pendidikan terdiri dari kesatuan komponen-komponen yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan yang kemudian menjadi suatu jalinan keterpaduan. Kesatuan atau jalinan keterpaduan tersebut akan memiliki nilai lebih atau kemampuan lebih, itu disebut Synergestic Effect, inilah yang menjadi salah satu ciri sistem.
Pendidikan sebagai suatu sistem, komponen yang akan dibahas pada makalah ini adalah;
1. Komponen Pendidik/ pembelajar
2. Komponen peserta didik/ pebelajar
3. Komponen isi pendidikan
4. Komponen strategi pendidikan
5. Komponen evaluasi pendidikan

Untuk itu mari kita bahas satu persatu dari ke lima komponen di atas.

  1. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen pendidik
    Implikasi makhluk religi ke dalam komponen pendidik, perlu ditengok dahulu pengertian Pendidik.
    Pengertian pendidik menurut UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidik sebagai makhluk religi dalam menyelenggarakan pendidikan dituntut untuk memberikan contoh dalam setiap melakukan kegiatan pendidikannya dengan tidak lupa menyebutkan Tuhan sebagai sang pencipta. Misalnya bagi pendidik untuk selalu mengajak berdoa terlebih dahulu pada setiap memulai kegiatan pembelajaran, memberikan salam pada awal dimulainya pembelajaran dan diakhiri dengan salam juga. Selalu membagi ilmu yang dimiliki untuk kepentingan sesamanya. Pendidik diharapkan dapat mengarahkan kecerdasan yang dimiliki siswanya, karena dengan hanya mengandalkan kecerdasan saja siswa atau peserta didik belum cukup untuk menuntut pendidikan perlu dibarengi dengan nilai-nilai moral. Ada siswa yang cerdas tapi dia belum mampu untuk menggunakan kecerdasannya misalnya belum tentu anak cerdas itu baik, maksudnya ada anak yang cerdas tapi jahat, menggunakan kecerdasannya untuk hal-hal yang negative. Disini peran pendidik sangat dibutuhkan sebagai makhluk religi dalam pembelajaran selalu mengingatkan bahwa manusia (pendidik dan siswa) sebagai makhluk Tuhan harus selalu mengingat adanya Tuhan. Pendidik sebagai makhluk religi akan berusaha memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan sesamanya agar berguna dalam hidupnya.
  2. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen peserta didik Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sebagai makhluk religi peserta didik telah memiliki bekal percaya adanya Tuhan yang telah dibekali dari keluarganya, dan mereka telah menyadari dirinya adalah salah satu makhluk Nya(telah menganut salah satu agama yang diakui di Indonesia). Selain agama, peserta didik juga telah memiliki kecerdasan dan nilai-nilai moral dan kesusilaan untuk dikembangkan melalui proses pembelajaran. Salah satu nilai kesusilaan yang harus dikembangkan bahkan ditanamkan pada peserta didik yaitu untuk saling menghormati antar sesama karena mereka adalah juga makhluk Tuhan apalagi terhadap orang yang lebih tua. Sebagai peserta didik pasti diajar oleh seorang pendidik , maka dari itu peserta didik sebagai makhluk religi harus menghormati pendidiknya.
  3. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen Isi pendidikan .
    Untuk mencari tahu bagaimana implikasi tersebut diatas, kita harus melihat kurikulum terlebih dahulu. Mengapa? Karena isi pendidikan itu tertuang pada kurikulum. Sesuai yang dituliskan pada UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 yang berbunyi, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
    Atau lebih sederhana lagi dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana pendidikan yang didalamnya terdapat pernyataan tentang tujuan, isi, strategi, dan evaluasi pendidikan. (ensiklopedi pendidikan, 2009).
    Dari kedua pengertian tersebut tampak jelas bahwa isi pendidikan merupakan bagian dari kurikulum. Untuk itu secara sadar bahwa sifat religi yang ada pada manusia dimplikasikan kedalam isi pendidikan melalui mata pelajaran agama. Pada setiap kelas di tiap jenjang pendidikan dipastikan ada pelajaran agama, untuk pendidikan formal, nonformal dan informal baik itu agama islam, kristen/protestan, katholik, hindu, budha dan konghucu (agama yang diakui di Negara Indonesia).
    Pada pelajaran agama perlu didekati dengan dua cara, yakni:
    Pertama, agama diposisikan sebagai fenomena sosial dan budaya yang perlu diketahui para peserta didik. Setiap agama memiliki simbol- simbol yang berbeda-beda yang semuanya hidup berkembang dalam masyarakat.
    Kedua, diperkenalkan bahwa semua agama pasti memiliki kesamaan dalam ajaran-ajaran moral. Dibalik keragaman tradisi dan simbol-simbol yang khas, semua agama mengajarkan pemeluknya untuk cinta damai, menolong sesama, dan membenci semua kejahatan. Siapapun orangnya yang tidak mencintai kedamaian dan moralitas, dia telah mengkhianati agamanya.
    Demikian pula untuk pendidikan non formal dan informal mengimplikasikan sifat religius setiap individu, dimulai dengan berdoa menurut agama atau keyakinan masing-masing untuk setiap awal kegiatan.
  4. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen strategi pendidikan
    (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
    Dalam strategi penyampaian pembelajaran ada tiga komponen yang perlu diperhatikan,
    a. Media pembelajaran
    b. Interaksi orang yg belajar (pebelajar)
    c. Bentuk (struktur) belajar mengajar (Degeng;1993).
    Berdasarkan strategi di atas, implikasi makhluk religi pada komponen strategi adalah menggabungkan ke tiga komponen tersebut dengan isi pelajaran dalam hal ini agama, agar terjadi interaksi antara pembelajar, pebelajar serta media dalam pembelajaran. Pelaksanaan yang demikian pada pembelajaran agama hendaknya pebelajar berinteraksi dengan media pembelajaran yang berkaitan dengan tempat ibadah masing-masing agama yang dianutnya dan dibimbing guru agama masing-masing. Untuk bentuk pembelajarannya bisa mendengarkan kotbah agama, praktek cara sembah yang atau diskusi tentang agama.
  5. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen evaluasi pendidikan
    Evalusi pendidikan (Grondlund dan Linn :1990) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pendidikan.
    Terdapat beberapa fungsi evaluasi pendidikan yaitu sebagai berikut:
    a. Evaluasi berfungsi selektif
    b. Evaluasi berfungsi diagnostik
    c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
    d. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (Suharsini arikunto:2003).
    Pada bahasan ini kontek evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan pembelajaran. Sebagai makhluk religi dimana manusia percaya akan adanya Tuhan, percaya bahwa setiap makhluk hidup di ciptakan oleh Tuhan memiliki kelebihan dan kelemahan. Implikasi manusia sebagai makhluk religi pada komponen evalusi pendidikan yaitu dengan memberikan pengertian kepada siswa untuk berbuat jujur dalam mengerjakan tes dalam kegiatan evaluasi. Seorang pendidik juga harus memahami bahwa kemampuan yang diberikan Tuhan kepada setiap siswa itu tidak sama.

PENUTUP
Manusia sebagai mahkluk religius dalam arti bahwa mereka percaya dan/atau menyembah Tuhan, melakukan ritual (ibadat) atau upacara-upacara. Suatu fenomena yang terdapat diseluruh dunia bahwa manusia itu menyembah, berdoa, menyesali diri dan minta ampun kepada sesuatu yang ghaib. Karena sebagai suatu fenomena dunia bahwa manusia menyembah dan berdoa pada Tuhan, maka dalam proses pembelajaranpun dilaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan ritual-ritual, doa yang dituangkan dalam pelajaran agama.
DAFTAR RUJUKAN

  • Degeng I Nyoman. 1993.Terapan Teori Kognitif Dalam Disain Pembelajaran.Jakarta:P3F Depdikbud.
  • Tim Dosen Jurusan Teknologi Pendidikan,FIP, UM. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Karya Cendekia.
  • Undang-Undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.
  • Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Wena Made.2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara
  • Arikunto Suharsimi.2003.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
  • Ayu venti.2009.Evaluasi Pembelajaran,(online), (http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/evaluasi-pembelajaran.html), diakses pada tanggal 25 September 2011.

TESIS PRESENTASI

 

Aims of the development is to produce instructional presentation media which integrate with the flowing navigation that has been validated fo the subjects of Information and Communication Technology of Grade 12th MA Al Asyhar Bungah Gresik, which are supported with audio and video tutorials to assist students in achieving the expected competencies.
Procedures and systematic developing instructional presentation media based multimedia process is based on Clark & Mayer (2003) model which has been modified by Cepi Riyana (2007) and Borg and Gall 1983, which can be described in 7 systematic steps as follows: (1) potential and problems analysis (2) product design (3) collecting materials, (4) product building (5) expert validation (6) revising product based on the expert validation, and (7) conduct field tests. Products that have been revised is tested on 35 students of Grade 12th using questionnaire.
Based on the validation test, the developed media is valid to be used as classical or personal learning media. It can bee seen on the statistical calculations which is scored 87.84% from media expert, 90.63% from materials expert , and 89.29% on the field test. Learning test result earned an average pre-test score 66.0 and post-test score 80.4, learning outcomes increased 358 points with a percentage of 10.3%. Table of data processing also shows an increasing percentage (from 45.7% to 91.4%) of students who meet the Minimum Competency Standards (SKM)(≥ 70). Learning test is analyzed with paired samples t test method. SPSS data analysis shows H0 is rejected. Thus Ha is accepted, than it can be concluded that there are significant differences.
Utilization and further developing suggestions is teachers should present material in a structured way because few contents are connected one-another. The developed product can be considered for future developing on other interesting, dynamic, and attractive learning materials. Product development is limited on the formative evaluation, if it is going to be diseminated, sumative evaluation must be done firstly.